TEKNIK BELAJAR MAHASISWA

Seumur hidupnya, setiap orang terpaksa belajar. Baik itu belajar naik sepeda, belajar main golf, belajar surat-menyurat kepada kekasih dan lain-lain. Semua itu adalah proses belajar. Ini dinamakan belajar secara "Informal". Tetapi apabila disebut belajar, kebanyakan orang-orang akan terus memikirkan di sekolah, di akademi, dan di Perguruan Tinggi. Ini disebabkan belajar seperti di atas tidak berdasarkan kesadaran. Belajar di tempat-tempat tertentu dengan kurikulum tertentu disebut belajar secara "Formal" dan ini merupakan suatu hal yang baru di negara-negara yang sedang berkembang. Dalam hal ini, belajar secara "Formal"-lah yang dititik beratkan.
karena ia hal baru, (bandingkan dengan keadaan di England dimana Universitas Oxford dan Cambridge telah didirikan pada tahun 1163 dan 1209) maka tradisi belajar kurang didapati di kalangan masyarakat kita dan kurang mengetahui cara belajar. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan kelemahan para mahasiswa kita. Banyak juga mahasiswa bangsa lain yang gagal dalam studi karena mereka juga tidak mengetahui cara belajar. Lihatlah berapa banyaknya yang gagal dalam test masuk sekolah negeri (SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi) demikian juga yang drop out (gagal di Perguruan Tinggi).
Anda mungkin berfikir belajar ialah suatu masalah pribadi: cara-cara yang sesuai dengan seseorang tidak akan sesuai dengan orang lain. Ini memang benar. Belajar ialah satu "Art" (seni). Tetapi, apapun yang anda pelajari, ada beberapa prinsip yang perlu anda ketahui agar anda senang belajar.
Keberhasilan dalam studi dipengaruhi oleh empat keadaan:

KEADAAN STUDI
Program studi yang dipelajari itu berbeda-beda tingkat kesusahannya. Studi yang tergolong dalam ilmu-ilmu sosial seperti Sejarah, Sastra, Ekonomi dan Hukum, lebih menyenangkan daripada studi IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) seperti matematika, fisika, dan kedokteran. Begitu juga dalam studi ilmu-ilmu sosial saja ada yang lebih menyenangkan daripada yang lain, misalnya sejarah atau sastra lebih menyenangkan daripada ekonomi atau hukum. Adapula para mahasiswa yang mempunyai kemampuan khas dalam satu-satu studi, misalnya ilmu pasti (Matematika). Walaupun studi matematika susah bagi kebanyakan mahasiswa, tapi baginya menyenangkan saja. Tetapi pada umumnya, kalau studi itu jenis yang menyenangkan, senanglah para mahasiswa menekuninya. Begitulah sebaliknya kalau studi itu susah.

KEADAAN PENGAJAR
Pengajar yang baik menyenangkan kita belajar dan memberi kemajuan yang besar kepada murid-muridnya. Pengajar yang baik punya 4 sifat:
1. Mahir dalam mata kuliah yang diajarkannya.
2. Tahu cara mengajar (menyampaikan pelajaran).
3. Rajin mengajar.
4. Ada jiwa pendidik (dedicated).
Keempat sifat di atas mesti ada barulah pengajar tersebut pengajar efektif. Walaupun pengajar itu mahir dalam studi itu, tetapi tiada tahu mengajar, ajarannya tidaklah berapa bermanfaat. Walaupun ada kedua sifat tadi, kalau pengajar itu malas, tidak berguna juga. Dan untuk mendapat pengajar yang ada jiwa pendidik memang susah.

KEADAAN LINGKUNGAN
Kalau kampus kita lengkap dengan buku-buku dalam perpustakaan, asrama, dekat pula denga rumah mahasiswa lebih senanglah untuk belajar. Misalnya, ada kampus yang mempunyai perpustakaan, berhawa dingin, akan menggalakkan para mahasiswa untuk meneliti atau menganalisa di dalamnya karena itu juga mempengaruhi studi. Kalau rumah kita kecil, tidak ada listrik, kamar tempat belajar tidak ada, kita tidak akan dapat belajar dengan baik. Begitu juga kalau lingkungan kita terlalu bising.

KEADAAN MAHASISWA
Kemajuan dalam studi bukan saja bergantung kepada kecerdasan dan kerajinan, tetapi juga kepada cara belajar yang baik. Sebagian mahasiswa memahami satu studi dengan cepat dan senang, sedangkan yang lain dengan lambat dan bersusah payah. Tetapi kecerdasan bukanlah satu faktor saja yang menentukan kemajuan seseorang. Menurut Prof. Harry Maddox, kemajuan dalam studi pukul rata tergantung pada:
1. Kecerdasan 50 – 60 %
2. Kerajinan, kemauan, usaha dan cara belajar 30 – 40 %
3. Nasib dan pengaruh-pengaruh luar 10 – 15 %
kecerdasan memang perlu untuk kemajuan dalam studi, tetapi kebanyakan mahasiswa yang cerdas (kemampuan asli yang bisa diukur) gagal, karena mereka kurang berusaha atau tidak mengetahui cara belajar yang efektif.
Cara belajar di Universitas seperti membuat nota-nota, menganalisa dan membuat jadwal waktu perlu "dipelajari" dan dipraktekkan, tetapi kebanyakan mahasiswa tidak mengetahui hal ini. Kebanyakan dari mereka hanya bergantung kepada cara-cara belajar yang didapati di sekolah ataupun terus belajar dengan mencoba-coba. Para mahasiswa yang cerdas sekalipun jarang menemui cara belajar yang efektif. Mereka maju karena kecerdasan mereka berlebihan, tetapi mereka akan lebih maju lagi kalau mereka mengetahui cara belajar yang terbaik.
Sebaliknya pula, ada mahasiswa yang kurang cerdas tetapi tahu cara belajar yang efektif, dan mereka dapat mengalahkan mahasiswa lain yang cerdas. Ini menunjukkan bahwa yang lebih penting daripada mempunyai otak yang cerdas, ialah tahu menggunakan otaknya dengan efektif.
Dari 3 faktor yang mempengaruhi kemajuan para mahasiswa, faktor ketiga – nasib dan faktor luar tidaklah dapat diubah oleh mahasiswa. Misalnya mereka jatuh sakit atau ayah mereka meninggal dunia pada hari ujian.

Faktor pertama (kecerdasan)
Sungguhpun ada, tetapi kalau pandai menggunakannya, banyak tenaga dan kemampuan yang dulunya terpendam akan muncul. Inilah sebabnya orang-orang yang rajinlah yang banyak mencapai kemajuan di segala lapangan.

Faktor kedua (kerajinan)
Cara belajar dapat diubah dan kedua-duanya saling mempengaruhi. Kalau tahu cara belajar, bagi mereka menjadi rajin. Kerajinan membawa keterampilan dan kemajuan. Sebaliknya, seseorang yang tidak mengetahui cara belajar, merasa susah belajar, minatnya berkurang, usaha pun berkurang dan kegagalan pun siap menantinya. Tanyalah para mahasiswa yang malas, mengapa mereka begitu? Salah satu jawabannya ialah karena bagi mereka belajar itu susah.
Sangatlah jelas, bahwa kerajinan belajar sebagian besar tergantung pada "pengetahuan" tentang cara belajar.
Thomas Alva Edison, seorang ilmuwan Amerika yang telah menciptakan kira-kira 1000 hasil karya (salah satunya lampu listrik), pernah diwawancarai bagaimana ia dapat menciptakan ribuan hasil karya dan dianggap sebagai seorang yang jenius. Jawabannya, "Jenius hanyalah 1 % ilham (nasib), dan 99 % lagi adalah kerajinan".
Tetapi perlu diingat, mengetahui saja cara belajar tidaklah cukup. tapi harus dipraktekkan. Semoga dengan tulisan ini, mereka akan jauh lebih maju dalam berbagai studi.

No comments:

Post a Comment

Pages